Beranda » Penyakit Hormon » Memahami hubungan antara stres dan kortisol

    Memahami hubungan antara stres dan kortisol

    Kortisol dikenal sebagai hormon stres, karena pada saat-saat ini terdapat produksi hormon yang lebih besar. Selain meningkat dalam situasi stres, kortisol juga dapat meningkat selama aktivitas fisik dan sebagai akibat dari penyakit endokrin, seperti Sindrom Cushing.

    Perubahan kadar kortisol dapat mempengaruhi berbagai proses dalam tubuh dan terutama melemahkan sistem kekebalan tubuh. Ini karena, di antara fungsi-fungsi lain, kortisol bertanggung jawab untuk mengendalikan stres fisiologis dan psikologis, dan untuk mengurangi peradangan..

    Kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal yang bertanggung jawab untuk mengatur berbagai proses yang terjadi dalam tubuh. Produksi dan pelepasan hormon ini dalam aliran darah terjadi secara teratur dan mengikuti siklus sirkadian, dengan produksi yang lebih besar di pagi hari setelah bangun tidur..

    Pelajari lebih lanjut tentang fungsi kortisol.

    Konsekuensi dari kortisol tinggi

    Kortisol tinggi sangat umum pada orang yang menderita stres kronis, karena tubuh terus-menerus memproduksi hormon untuk membuat tubuh siap untuk mengatasi situasi stres, yang akhirnya tidak terselesaikan. Selama periode ini, kelenjar adrenalin juga menghasilkan adrenalin dan norepinefrin yang, bersama dengan kortisol, menyebabkan beberapa perubahan dalam tubuh, yang utama adalah:

    1. Peningkatan denyut jantung

    Dengan meningkatnya jumlah kortisol dalam darah dan, akibatnya, adrenalin dan noradrenalin, jantung mulai memompa lebih banyak darah, meningkatkan jumlah oksigen di otot. Selain itu, sebagai konsekuensi dari peningkatan kortisol, pembuluh darah mungkin menyempit, memaksa jantung untuk bekerja lebih keras, meningkatkan tekanan darah dan mendukung timbulnya penyakit jantung..

    2. Peningkatan kadar gula darah

    Ini karena peningkatan kadar kortisol dapat menurunkan, dalam jangka menengah dan panjang, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas, tanpa regulasi gula darah dan, dengan demikian, mendukung diabetes..

    Di sisi lain, ketika jumlah gula dalam darah meningkat, kadar kortisol yang lebih tinggi dapat meningkatkan jumlah energi yang tersedia dalam tubuh, karena mencegah gula dari disimpan dan segera dapat digunakan oleh otot-otot..

    3. Menambah lemak perut

    Penurunan jangka panjang dalam produksi insulin juga dapat menyebabkan akumulasi lemak yang berlebihan di daerah perut.

    4. Lebih mudah memiliki penyakit

    Karena kortisol juga terkait dengan berfungsinya sistem kekebalan tubuh, perubahan konsentrasi dalam darah dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kemungkinan seseorang menderita penyakit, seperti pilek, flu, atau jenis infeksi lainnya..